Rabu, 29 April 2015

Kejadian-kejadian Besar Sebelum Kemunculan Dajjal






Literatur Modernisasi Dalam Perspektif Islam
Berbagai Kejadian Besar Sebelum Munculnya Dajjal

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Hai? Apa kabar? Semoga dalam keadaan sehat wal'afiat yahh.. :SBM kali ini tidak akan memposting Artikel yang berhubungan dengan Posting dan Gambar Porno :) tetapi SBM akan mencoba menshare tentang bahasan mengenai ARTIKEL AKHIR ZAMAN

yang Disunting Dari waones articles
dengan Judul Asli : Berbagai Kejadian Besar Sebelum Munculnya Dajjal



Pada pembahasan yang lalu, SBM telah menyinggung bahasan mengenai Bani Ishaq Pasukan Penakluk Konstantinopel Di Akhir Zaman, dan bila anda ingin membaca artikel lainnya yang berhubungan dengan artikel Akhir Zaman, silahkan klik Open dibawah ini dan Klik pada Link judul artikel tersebut.

Selamat membaca !!!
-------------
Klik Open >>>






















=========================
Edisi Akhir Zaman
-----------------------------------

Berbagai Kejadian Besar Sebelum Munculnya Dajjal









Dari Samurah bin Jundab ra, dari Rasulullah saw pada khutbah beliau sesudah shalat gerhana matahari, beliau bersabda :
وَإِنَّهُ وَاللَّهِ لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَخْرُجَ ثَلاَثُوْنَ كَذَّابًا آخِرُهُمُ الْأَعْوَرُ الدَّجَّالُ، مَمْسُوْحُ الْعَيْنِ الْيُسْرَى … وَلَنْ يَكُوْنَ ذَلِكَ كَذَلِكَ حَتَّى تَرَوْا أُمُورًا يَتَفَاقَمُ شَأْنُهَا فِي أَنْفُسِكُمْ، وَتَسَاءَلُوْنَ بَيْنَكُمْ هَلْ كَانَ نَبِيُّكُمْ ذَكَرَ لَكُمْ مِنْهَا ذِكْرًا، وَحَتَّى تَزُوْلَ جِبَالٌ عَلَى مَرَاتِبِهَا
Dan sungguh demi Allah, hari Kiamat tidak akan terjadi sampai munculnya 30 tukang dusta, yang paling akhirdari mereka itu si buta sebelah, Dajjal, terhapus mata kirinya … Munculnya tukang dusta yang terakhir ini tidak akan terjadi sampai kalian melihat perkara-perkara yang memuncak keadaannya pada diri kalian, dan kalian saling bertanya di antara kalian, “Apakah nabi kalian telah menceritakan kepada kalian sebagian darinya?”, dan sampai gunung-gunung bergeser dari letak posisinya.”
HR. Ahmad, awalMusnad Al-Bashriyyîn, hadits no. 20199 [Al-Musnad (5/22).
Seorang pemikir muslim asal London, Ahmad Thomson, dalam bukunya yang berjudul SISTEM DAJJAL menyebutkan tiga macam bentuk kelompok sosial. Pertama, masyarakat pedalaman sederhana yang hidup selaras dengan alam namun tidak mengikuti syari’at kenabian. Kedua, masyarakat Islam yang selaras dengan alam dan mengikuti syari’at kenabian. Ketiga, masyarakat kafir yang hidup tidak selaras dengan alam semesta dan sengaja menolak syariat Sang Pencipta.

Masyarakat pertama perlahan semakin menghilang seiring laju perkembangan teknologi dan informasi. Walaupun eksistensi mereka akan tetap ada namun mayoritas kita tidak berada di kelas itu. Adapun jenis kelompok kedua, gambaran yang paling ideal terjadi pada generasi terbaik umat Islam; sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Mereka bisa selaras fitrahnya dengan lingkungan dan pada saat yang sama juga menjadikan keselerasannya dengan alam semesta dalam bingkai ibadah kepada pencipta alam semesta. 
Pada kehidupan mereka terdapat sistem hidup yang mengandung kecukupan dan keberkahan, materil dan non materil. Kelompok kedua ini menjadikan dunia sebagai ladang menanam amal untuk memetik kebahagiaan yang sesungguhnya di akhirat. Karenanya mereka tidak mengeksplorasi alam semesta dengan semangat ketamakan dan eksploitasi, melainkan agar sarana menegakkan agama ini makin mudah dan efektif. Mereka tidak merusak hutan atau menambang isi bumi secara liar yang di kemudian hari menyisakan persoalan bagi anak cucu mereka. 
 
Sebaliknya langit dan bumi mendatangkan keberkahan dalam semua yang mereka lakukan. Syariat kenabian yang mereka jadikan sebagai dasar pijak dan petunjuk arah, telah membuat tujuan dari semua yang mereka lakukan menjadi terang dan jelas. Karenanya mereka kaya dan makmur dengan sebenar-benarnya. Dunia telah mengikutinya, bahkan berada dalam genggaman tangannya. Sementara hatinya tetap bebas untuk tunduk dalam kendali syariat pencipta dunia itu.

Adapun masyarakat ketiga, inilah jenis masyarakat yang paling mendominasi dunia; masyarakat yang bermusuhan dengan alam semesta dengan beragam aktivitas eksploitasi alam -juga manusianya- secara liar dan brutal. Dimana semua itu dilakukan untuk memenuhi nafsu mereka dan dalam rangka menentang syari’at pencipta mereka. Inilah masyarakat kafir yang kehidupan mereka tunduk di bawah kendali Iblis melalui sistem Dajjal dan kaki tangannya.

Inilah era di mana kita hidup, era yang tanpa sadar menyeret kaum muslimin untuk masuk dalam pusaran permainan mereka untuk selanjutnya mustahil bisa keluar darinya. Pola hidup masyarakat kelas ini telah menjadi sesuatu yang sistemik, berlaku secara global dan menjangkau seluruh bidang kehidupan manusia. Politik, sosial, ekonomi, budaya, militer, pemikiran dan peradaban, semuanya berada dalam kendali sistem kufur ini.

Inilah zaman yang oleh nabi disebut sebagai zaman fitnah, zaman yang semua sistem kenabian telah dijurkirbalikkan, norma dan nilai kebenaran dirusak tanpa ada yang tersisa. Sangat berat hidup di era ini; era dajjal, era dimana seluruh masyarakat dunia telah buta, yang karenanya si mata satu merasa pantas menjadi raja. Ya, sebagian besar –kalau tidak boleh disebut hampir semua- manusia telah buta. Bukan cuma buta, tapi juga tuli dan bisu, yang karenanya mereka tidak memahami. Sebagian besar manusia tidak sadar bila mereka menjadi korban konspirasi Dajjal dan kroni-kroninya. Sebab, mereka merasa mengenakan baju para raja dan tinggal di istana, walau hakikat yang sebenarnya mereka telanjang dan terpenjara.

Betapa jujurnya sabda nabi kita yang mengingatkan datangnya masa-masa sebelum Raja Pendusta ini menampakkan sosok fisiknya; Munculnya tukang dusta yang terakhir ini tidak akan terjadi sampai kalian melihat perkara-perkara yang memuncak keadaannya pada diri kalian, dan kalian saling bertanya di antara kalian, “Apakah nabi kalian telah menceritakan kepada kalian sebagian darinya?”, dan sampai gunung-gunung bergeser dari letak posisinya.”
Ya, dengan seluruh sistem yang membelit kaum muslimin di seluruh lini kehidupan mereka, lalu kita saling bertanya, ”Apakah Nabi kita telah menceritakan akan datangnya peristiwa ini kepada kita? Apakah Nabi kita sudah menjelaskan solusi menghadapi zaman fitnah ini?

Sebenarnya, ratusan hadits tentang nubuwat akhir zaman telah banyak disampaikan. Dan apa yang kita saksikan adalah fakta nyata atas kebenaran nubuwat nubuwat itu. Lantas, apa yang dapat kita perbuat?
Barangkali, inilah salah satu wasiat beliau yang sangat tepat untuk kita realisasikan di zaman fitnah ini. Rasulullah saw bersabda, “Sebaik-baik manusia pada masa terjadinya kekacauan adalah seorang laki-laki yang memegang tali kendali kudanya di belakang musuh Allah. Ia membuat mereka gentar dan mereka juga membuatnya gentar. Atau seorang laki-laki yang mengasingkan diri di daerahpedalaman, dengan menunaikan hak Allah atas dirinya.”  ( HR. Al-Hakim dan Abu ‘Amru Al-Dani. Dinyatakan shahih oleh Al-Hakim, Adz-Dzahabi dan Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 698)

Pilihan pertama sangat cocok untuk penduduk negeri yang Allah karuniakan ibadah jihad. Pelakunya akan dijanjikan dua kebaikan; apakah kemenangan yang membawa ghanimah dan kemuliaan, atau syahadah yang mengantarkan pelakunya pada kebahagiaan hakiki di jannah. Adapun bagi kaum muslimin yang berada di wilayah ‘damai’, maka pilihan kedua adalah solusi terbaik; uzlah dengan tetap menunaikan hak Allah atas dirinya. Uzlah yang hak Allah tetap terpenuhi adalah ‘uzlah berjama’ah’, membentuk komunitas yang memiliki kesamaan tujuan; menegakkan agama ini hingga bisa mewujudkan masyarakat yang selaras dengan alam semesta dan tetap tunduk kepada syari’at Allah swt. Wallahua’lambishshawab

https://granadamediatama.wordpress.com/arsip/berbagai-kejadian-besar-sebelum-munculnya-dajjal/
-----------------------

Keluarnya Dajjal di penghujung ‘Fitnah Duhaima’

fitnah

Salah satu persoalan yang perlu mendapat perhatian serius tentang huru-hara menjelang kiamat adalah fenomena Fitnah Duhaima’. Duhaima’ yang bermakna kelam atau gelap gulita merupakan satu fitnah yang mengiringi kedatangan Dajjal. Maka menjadi suatu hal yang sangat urgen untuk mengetahui hakikat dan bentuk dari fitnah ini. Sebagian ulama menyatakan bahwa fitnah ini belum terjadi dan sebagian lainnya mengatakan bahwa ia sudah (sedang) terjadi.

Riwayat yang menyebutkan akan terjadinya fitnah ini adalah sebagaimana yang dikisahkan dari Abdullah bin ‘Umar bahwasanya ia berkata : “Suatu ketika kami duduk-duduk di hadapan Rasulullah saw memperbincangkan soal berbagai fitnah, beliau pun banyak bercerita mengenainya. Sehingga beliau juga menyebut tentang Fitnah Ahlas. Maka, seseorang bertanya: ‘Apa yang dimaksud dengan fitnah Ahlas?’ Beliau menjawab : ‘Yaitu fitnah pelarian dan peperangan. Kemudian Fitnah Sarra’, kotoran atau asapnya berasal dari bawah kaki seseorang dari Ahlubaitku, ia mengaku dariku, padahal bukan dariku, karena sesungguhnya waliku hanyalah orang-orang yang bertakwa. Kemudian manusia bersepakat pada seseorang seperti bertemunya pinggul di tulang rusuk, kemudian Fitnah Duhaima’ yang tidak membiarkan ada seseorang dari umat ini kecuali dihantamnya. Jika dikatakan : ‘Ia telah selesai’, maka ia justru berlanjut, di dalamnya seorang pria pada pagi hari beriman, tetapi pada sore hari men­jadi kafir, sehingga manusia terbagi menjadi dua kemah, kemah keimanan yang tidak mengandung kemunafikan dan kemah kemunafikan yang tidak mengandung keimanan. Jika itu sudah terjadi, maka tunggulah kedatangan Dajjal pada hari itu atau besoknya.[1]

Jika melihat dari teks yang menjelaskan berbagai bentuk fitnah di atas, nampaknya hakikat dan terjadinya fitnah-fitnah tersebut saling berhubungan satu sama lain. Peristiwa yang satu akan menjadi penyebab munculnya fitnah berikutnya. Sebagaimana tersebut dalam nash di atas, beliau mengungkapkan dengan kalimat “tsumma” yang bermakna kemudian. Ini menunjukkan bahwa fitnah-fitnah tersebut akan terjadi dalam beberapa waktu, yang ketika hampir berakhir atau masih terus terjadi hingga puncaknya, maka dilanjutkan dengan fitnah berikutnya. Kalimat “tsumma” menunjukkan jeda waktu yang tidak pasti, namun menunjukkan makna “tartib” (kejadian yang berurutan).

Fitnah pertama yang beliau sebutkan adalah Fitnah Ahlas. Tentang realita fitnah Ahlas ini, sebagian ada yang berpendapat bahwa ia sudah terjadi semenjak zaman para sahabat, dimana Al-Faruq ‘Umar bin Khaththab adalah merupakan dinding pembatas antara kaum Muslim­in dengan fitnah ini, sebagaimana yang diterangkan Nabi saw ketika beliau berkata kepada ‘Umar: “Sesungguhnya antara kamu dan fitnah itu terdapat pintu yang akan hancur.”[2] Dan sabda Rasul saw ini memang menjadi kenyataan dimana ketika ‘Umar baru saja meninggal dunia, hancurlah pintu tersebut dan terbukalah fitnah ini terhadap kaum Muslimin dan ia tidak pernah berhenti sampai sekarang ini. Sejak wafatnya Umar Ibnul Khaththab, maka kaum muslimin terus ditempeli dengan fitnah tersebut.

Adapun Fitnatu Sarra’, maka Imam Ali Al-Qaari menyatakan yang dimaksud dengan fitnah ini adalah nikmat yang menyenangkan manusia, berupa kesehatan, kekayaan, selamat dari musibah dan bencana. Fitnah ini disambungkan dengan sarra’ karena terjadinya disebabkan timbul / adanya berbagai kemaksiatan karena kehidupan yang mewah, atau karena kekayaan tersebut menyenangkan musuh. 
Selanjutnya tentang Fitnah Duhaima. Kata duhaima’ merupakan bentuk tasghir (pengecilan) dari kata dahma’, yang berarti hitam kelam dan gelap. Fitnah ini akan meluas mengenai seluruh umat ini. Meskipun manusia menyatakan fitnah tersebut telah berhenti, ia akan terus berlangsung dan bahkan mencapai puncaknya. [3]
Ada beberapa ciri khusus dari fitnah ini yang tidak dimiliki oleh fitnah sebelumnya.
  1. Fitnah ini akan menghantam semua umat Islam (lebih khusus lagi adalah bangsa Arab). Tidak seorangpun dari warga muslim yang akan terbebas dari fitnah ini. Beliau menggunakan lafadz “lathama” yang bermakna menghantam, atau memukul bagian wajah dengan telapak tangan (menempeleng/menampar). Kalimat ini merupakan gambaran sebuah fitnah yang sangat keras dan ganas.
  2. Fitnah ini akan terus memanjang, dan tidak diketahui oleh manusia kapan ia akan berakhir. Bahkan ketika manusia ada yang berkata bahwa fitnah itu sudah berhenti, yang terjadi justru sebaliknya; ia akan terus memanjang dan sulit diprediksi kapan berhentinya. Inilah maksud ucapan beliau : Jika dikatakan : ‘Ia telah selesai’, maka ia justru berlanjut.
  3. Efek yang ditimbulkan oleh fitnah ini adalah yaitu munculnya sekelompok manusia yang di waktu pagi masih memiliki iman, namun di sore hari telah menjadi kafir. Ini merupakan sebuah gambaran tentang kedahsyatan fitnah tersebut. Fitnah ini akan mencabut keimanan seseorang hanya dalam bilangan satu hari, dan ini juga merupakan sebuah gambaran betapa cepatnya kondisi seseorang itu berubah.
  4. Beliau menjelaskan bahwa proses terjadinya kemurtadan pada sebagian umat Islam yang begitu cepat itu akan terus berlangsung dalam waktu yang tidak diketahui. Manusia terus berguguran satu persatu dalam kekufuran, dan puncak dari kejadian ini adalah terbelahnya manusia dalam dua kelompok (fusthathain); kelompok iman yang tidak tercampur dengan kenifakan dan kelompok munafik yang tidak memiliki keimanan.
Benarkah Fitnah Duhaima’ ini sudah terjadi?
Sebagian pemerhati hadits-hadits fitnah berpendapat bahwa fitnah duhaima’ itu sudah terjadi dan terus berlangsung. Di antara realita dari fitnah tersebut adalah:
  1. Fitnah demokrasi yang dipaksakan oleh barat kepada dunia. Sebenarnya demokrasi sudah dimulai dari Prancis pada sekitar abad 18. Saat itu ideologi demokrasi dengan pemilu sebagai produk turunannya belum ‘laku’ dan tidak banyak dilirik banyak manusia. Barulah di abad 20 ideologi itu mulai diterima, bahkan di awal abad 21, negara barat ‘memaksakan’ agar seluruh dunia menggunakan sistem tersebut sebagai ideologi yang harus dipakai oleh setiap negara. Ideologi yang menjadikan keputusan berada di tangan rakyat -tanpa memperhatikan apakah sesuai dengan hukum Islam atau justru bertolakbelakang- jelas merupakan sebuah ideologi kufur yang ditentang oleh para ulama. Tidak sedikit ulama yang telah mengupas akan kekafiran sistem ini, dimana Allah tidak boleh ‘terlibat’ dalam sebuah keputusan undang-undang. Dan sebagaimana realita yang ada, ideologi ini mulai menjangkiti beberapa negara dengan mayoritas muslim yang sebelumnya menolak untuk dijadikan sebagai landasan bernegara.
  2. Pendapat lain tentang makna fitnah Duhaima’ adalah fitnah perang terhadap terorisme yang sebenarnya bermakna perang terhadap Islam dan umat Islam, terkhusus umat Islam yang memiliki jalan jihad sebagai cara untuk menegakkan agama (iqamatuddin).
Dalam hal ini, jika fitnah Duhaima’ dimaknai dengan fitnah demokrasi, maka fenomena terjerumusnya umat pada kekufuran juga sangat nyata. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa demokrasi merupakan ideologi kufur yang tidak menghendaki campur tangan Allah dalam urusan manusia dengan dunianya. Keengganan sekelompok masyarakat untuk menjadikan hukum Allah sebagai aturan hidup dan menjadikan pendapat mayoritas sebagai acuan dalam mengambil setiap aturan hidup merupakan bentuk kesyirikan nyata. Dengan demikian, besar kemungkinan semua pihak yang turut mengambil bagian dalam tegaknya sistem demokrasi ala barat ini akan terjerumus dalam lubang kekafiran. Dan realita seperti inilah yang kebanyakan tidak disadari oleh banyak manusia. Wal iyadz billah.

Wallahu A’lam bish shawab, untuk sementara pendapat tentang fitnah Duhaima’ yang bermakna ideologi demokrasi sekuler liberal dan perang melawan umat Islam atas nama pemberantasan terorisme barangkali merupakan pendapat yang lebih dekat kepada kebenaran dari pada fitnah televise dan hiburan. Dan sesungguhnya, pemaksaan ideologi demokrasi sekuler liberal sebenarnya juga memiliki hubungan yang sangat erat dengan fitnah terorisme ini. Karena pemaksaan demokrasi sekuler liberal dengan sendirinya merupakan perang terhadap konsep khilafah dan kewajiban kembali kepada Al-Qur’an dan sunnah yang hari ini menjadi cita-cita kelompok yang tertuduh sebagai teroris itu. Wallahu A’lam bish shawab.

Keluarnya dajjal di ujung Fitnah Duhaima’?
Berdasarkan riwayat di atas, Dajjal akan keluar untuk yang terakhirnya kalinya di penghujung fitnah Duhaima’ ini. Lalu, jika benar fitnah demokrasi dan perang melawan terorisme merupakan fitnah Duhaima’, dimana korelasinya dengan kemunculan Dajjal dan bagaimana kita dapat mengetahuinya?

Jika melihat dari periodesasi umat Islam yang dimulai dari fase nubuwah, kemudian fase khilafah nabawiyah (khulafaaur rasyidin), kemudian fase mulkan adhud (yang dimulai dari bani Umayyah hingga Turki Utsmani), lalu dilanjutkan dengan mulkan Jabbar (kekuasaan diktator) yang berakhir dengan munculnya ideologi demokrasi, maka fase kemenangan ideologi demokrasi merupakan tanda dekatnya janji Rasulullah saw. akan kemunculan fase khilafah rasyidah nabawiyah ‘alamiyah (dalam skala internasional). Sebab, Rasulullah saw. menyebutkan akan kemunculan khilafah rasyidah ini setelah tumbangnya mulkan jabbar. Dengan kata lain, kehadiran ideologi demokrasi yang menumbangkan mulkan jabbar justru menjadi tanda semakin dekatnya kebangkitan Islam yang ditandai dengan khilafah rasyidah dengan Imam Mahdi sebagai pemimpin tertinggi kaum muslimin.[4]

Kemunculan Imam Mahdi dengan ideologi garis keras dan fundamental yang menginginkan syari’at Islam sebagai satu-satunya aturan hidup manusia, sudah pasti akan meruntuhkan ideologi demokrasi dengan semua turunannya (liberalisme, kapitalisme, sekulerisme dll), dimana hari ini justru paham-paham jahat itu banyak dianut oleh mayoritas negara berpenduduk muslim. Dan untuk hal itu Rasulullah saw. telah memberikan janji akan kembalinya Islam ke setiap rumah yang dilewati oleh siang dan malam. Jika korelasi ini telah menjadi realita, maka jelaslah hubungan kemunculan dajjal dan fitnah duhaima’ ini. 

Saat ini, setiap kita (dari kelompok manapun) terus berupaya untuk menjadi muslim yang terbaik dan terdekat dengan sunnah Rasulullah saw. tanpa punya ‘hak veto’ untuk memvonis kelompok lain di luar dirinya pasti sesat. Namun, kemunculan Al-Mahdi dengan manhajnya yang paling lurus akan dengan mudah kita menjatuhkan vonis; siapa yang bergabung dan mendukung Al-Mahdi, dialah mukmin sejati dan siapapun yang menolak –dengan alasan apapun- maka dia adalah munafik sejati. Itulah makna sehingga manusia terbagi menjadi dua kemah, kemah keimanan yang tidak mengandung kemunafikan dan kemah kemunafikan yang tidak mengandung keimanan. Jika itu sudah terjadi, maka tunggulah kedatangan Dajjal pada hari itu atau besoknya.[5]

[1] HR. Abu Dawud, Kitabul Fitan no. 4242, Ahmad 2/133, Al-Hakim 4/467, Dishahihkan syaikh Al-Albani dalam Shahih Jami’ Shaghir no. 4194, Silsilah Ahadits Shahihah no. 974.
[2] Diriwayatkan dalam hadits Hudzaifah yang masyhur dalam kitab Bukhari dan Muslim.
[3] Selengkapnya lihat ‘Annul Ma’bud 11/310-311 dan Jaami’ul Ushul 10/25
[4] Dalam hal ini, perlu diskusi panjang tentang ‘apakah mungkin khilafah rasyidah akan terjadi sebelum kemunucalan imam Mahdi’. Karena terbatasnya halaman, hal ini tidak kami kupas. Lebih detilnya lihat: Menanti Kehancuran Amerika dan Eropa – Granada Mediatama-Solo.
[5] Silsilah Ahadits Shahihah no. 974.

https://granadamediatama.wordpress.com/arsip/keluarnya-dajjal-di-penghujung-fitnah-duhaima/

---------------------

Mewaspadai Fitnah Penguasa di Akhir Zaman

 

si-basar-620x415

سَيَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ وَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ يَرِدُ عَلَيَّ الْحَوْضَ وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَهُوَ وَارِدٌ عَلَيَّ الْحَوْضَ
Akan ada sepeninggalku nanti sejumlah pemimpin. Barangsiapa yang masuk menemui mereka, lalu dia membenarkan kedustaan mereka, dan membantu mereka dalam kezhaliman mereka maka dia bukan bagian dariku, aku juga bukan bagian darinya, dan dia tidak akan menemuiku di telaga Surga. Barangsiapa yang tidak membenarkan kebohongan mereka dan tidak membantu mereka dalam kezhaliman mereka maka dia adalah bagian dari diriku, aku juga bagian darinya, dan dia akan datang menemuiku di telaga surga. (HR. At-Tirmidzi, kitab Al-Fitan, hadits no. 2360).

Dalam Islam, masalah imamah merupakan bagian yang teramat penting untuk terjaminnya kemaslahatan manusia. Karenanya Islam memberikan perhatian yang sangat serius agar ia tidak jatuh ke tangan orang yang salah. Saat nabi saw wafat, maka bukan perkara jenazah nabi saw yang menjadi perhatian terpenting, melainkan siapakah yang lebih berhak menjadi penggantibeliau. Baru setelah kaum muslimin sepakat atas terpilihnya Abu Bakar ra, mereka kembali merampungkan urusan jenazah nabi saw. Atas petunjuk pemimpin baru yang telah disepakati pula tempat penguburan nabi ditetapkan. Sehingga tidak ada perselisihan di antara mereka.

Saat nabi saw menyampaikan pesantentang munculnya model baru dalam kepemimpinan, barangkali tidak terbayang seperti apa yang akan terjadi pada manusia sepeninggal beliau saw. Para sahabat adalah manusia-manusia bersih yang diakui kejujuran dan ketulusannya dalam mengemban amanah. Mereka tidak memiliki ambisi duniawi atau mengejar kedudukan dan kekuasaan. Allah SubhanahuwaTa’ala telah memuji mereka di dalam kitab-Nya, juga telah meridhai mereka.

Dalam kondisi seperti itu, ternyata Rasulullah saw telah menubuwatkan akan berlangsungnya suatu zaman yang amat sangat kontras dengan apa yang disaksikan oleh para sahabat; para pemimpinnya adalah manusia-manusia jahat, bahkan lebih jahat dari kaum Majusi.

Hingga datangnya era khulafaurrasyidin, apa yang beliau nubuwatkan juga masih belum terbayang. Namun, nubuwat itu terus berlanjut dan diriwayatkan secara turun-temurun. Hingga akhirnya kita –sebagai manusia akhir zaman- mendengar dan menyaksikan kebenaran nubuwat tersebut. Sebagian kita menyimpulkan, boleh jadi inilah zaman yang telah dinubuwatkan, zaman yang para penguasanya berkata bukan berdasar landasan ilmu dan berbuat bukan berdasar landasan ilmu. Bagaimana bisa disebut berilmu jika mereka menolak hukum Allah dan Rasul-Nya sebagai sumber dari segala sumber ilmu. Bukankah hanya orang yang takut kepada Allah saja yang layak mendapat predikat berilmu (ulama)?.

Nampaknya, inilah zaman yang paling tepat untuk menggambarkan bagaimana para pemimpinnya menjadikan penjahat dan preman sebagai teman dekat. Menjadikan pembunuh berdarah dingin sebagai backing dan pada saat yang sama menjadikan para ulama sebagai objek buruan. Mereka juga melarang yang ma’ruf dan memerintah yang munkar; jilbab dilarang sementara minuman keras dilegalkan. Inilah masa yang kita diingatkan oleh Rasulullah saw untuk menjauhi mereka. Rasul saw bersabda,
”Benar-benar akan datang kepada kalian suatu zaman yang para penguasanya menjadikan orang-orang jahat sebagai orang-orang kepercayaan mereka dan mereka menunda-nunda pelaksanaan shalat dari awal waktunya. Barangsiapa mendapati masa mereka, janganlahsekali-kali ia menjadi seorang penasehat, polisi, penarik pajak, atau bendahara bagi mereka.” (HR. Ibnu Hibban, Silsilah al-Ahadits al-Shahihah no. 360.)
Dalam riwayat lain disebutkan, “Barang siapa menjadi penasehat mereka, pembantu mereka, dan pendukung mereka, berarti ia telah binasa dan membinasakan orang lain.”
Terjadi di era pemimpin yang menggigit atau penguasa diktator?
 
Banyak ulama yang menjelaskan bahwa kaum muslimin yang mengalami zaman fitnah itu hendaklah bersabar dan tetap mentaati para pemimpinnya selama bukan dalam kemaksiatan. Hal itu sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat Salamah bin Yazid Al-Ju‘fi, Rasulullah bersabda,
“Kalian dengarkan dan taati perintah para pemimpin itu. Mereka hanya bertanggungjawab atas dosa mereka dan kalian juga hanya bertanggungjawab atas dosa kalian.” (HR. Muslim, hadits no. 1846).

Muncul persoalan baru tentang status penguasa saat ini, apakah mereka yang dimaksud dengan hadits-hadits di atas ataukah riwayat tersebut mengacu pada masa kepemimpinan sebelumnya? Seperti yang termuat dalam riwayat Ahmad bahwa fase kaum muslimin akan berlangsung dalam lima periode; nubuwah, khilafah rasyidah, mulkan adhan, mulkan jabriyah dan terakhir khilafah rasyidah. Kita pasti sepakat bahwa saat ini kita hidup di era mulkan jabriyah, era penguasa diktator yang tidak lagi menjalankan syari’at Islam sebagai dasar hukum bernegara. Lebih tepatnya, para penguasanya menolak kalau negerinya disebut dengan negara Islam. Sementara para salaf yang berbicara tentang keharusan taat –dalam hal makruf- kepada penguasa dzalim, selalunya dalam kontek penguasa mulkan adhan, dimana mereka semua menjadikan syari’at Allah sebagai dasar hukum bernegaranya.

Ringkasnya, jika terhadap penguasa dzalim yang menjadikan syari’at Islam sebagai dasar negaranya kita diperintahkan untuk menjauhinya dan waspada akan bahaya fitnahnya. Lalu, bagaimana sikap seorang muslim terhadap penguasa diktator yang menolak syari’at Islam bahkan memeranginya?

https://granadamediatama.wordpress.com/arsip/mewaspadai-fitnah-penguasa-di-akhir-zaman/

----------------------------

Isyarat Global Warming dalam Nubuwat Qur’aniah dan Hadits Rasulullah saw

Terjadinya pemanasan global yang diiringi dengan beragam fenomena alam ini sebenarnya telah banyak diberitakan dalam nubuwat qur’aniah maupun nabawiyah. Sebagai sumber yang otentik dan berlaku sepanjang zaman, Al-Qur’an dan As Sunnah banyak memuat tentang hal itu.

A. Isyarat tentang kerusakan alam akibat perbuatan manusia
Allah swt berfirman :
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum [30]: 41)

Kerusakan yang dimaksudkan di sini adalah kerusakan yang diakibatkan oleh perbuatan tangan-tangan manusia berupa maksiat dan kerusakan-kerusakan moral. Para mufassirin menafsirkan kerusakan di darat dan di laut -sebagaimana Imam Al-Alusi menjelaskan dalam tafsir Ruh Al-Ma’ani- yaitu; kemarau, wabah penyakit, banyaknya kebakaran, kebanjiran, penghapusan berkah dari segala sesuatu, berkurangnya sesuatu yang bermanfaat, dan merajalelanya marabahaya. Hubungannya dengan fenomena global warming, maka jelas sekali bahwa penyebab utama semua ini adalah ulah manusia.

B. Isyarat tentang adanya hujan asam
Revolusi industri yang ditandai dengan ditemukannya mesin uap telah menjadi babak baru bagi beragam penemuan-penemuan penting lainnya. Dan abad 20 ini telah menjadi bukti betapa ramainya penemuan-penemuan teknologi susulan, dan berikutnya telah mendorong mereka untuk mengkonsumsi bahan bakar fosil lebih banyak dari sebelumnya. 

Sejak tahun 1950 sampai 1979 konsumsi energi fosil dunia telah meningkat empat kali lipat dan terus meningkat sekarang ini. Efek yang ditimbulkan dari pembakaran bahan-bahan ini dalam industri dan mobil bercampur dengan uap air dan oksigen di atmosfer dan membentuk asam nitrat serta asam belerang. Kalau larut dalam hujan, asam-asam ini jatuh ke tanah dengan akibat hancurnya hutan, tanaman pangan, dan berbagai organisme yang hidup di air tawar.

Semua efek yang ditimbulkan itu bukan hanya memunculkan efek material, namun juga akan berdampak secara sosial. Betapa miripnya kondisi itu dengan apa yang disebutkan dalam berbagai nubuwat. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
“Kiamat tidak akan terjadi sehingga langit menurunkan hujan, tapi air hujan ini tidak bisa mendorong dibangunnya rumah-rumah tanah liat yang kuat dan tidak menyebabkan berhimpunnya penduduk perkampungan, namun hanya bisa men­dorong dibangunnya rumah-rumah dari bulu. [1]

Dan diriwayatkan dari Anas t, dia berkata, “Rasulullah r bersabda:
“Tidak akan tiba hari kiamat hingga manusia dihujani dengan hujan secara merata, tetapi bumi tidak menumbuhkan sesuatu.'”[2]
C. Isyarat tentang adanya hujan meteor, banjir bandang (tsunami) dan mutasi genetika (perubahan wajah)
Laporan majalah new scientist, menyebutkan bahwa mungkin pada 21 Juni 2008 mendatang bumi akan mengalami tabrakan keras dari sebuah planet minor atau asteroid yang berdiameter 800 meter. Asteroid dengan seri 2006 HZ51 ini ditemukan pada April lalu. Menurut prediksi, bahwa kemungkinan terjadinya benturan antara asteroid 2006 HZ51 ini dengan bumi adalah 1/6.000.000, tapi, seiring dengan kalkulasi lebih lanjut angka ini kemungkinan masih perlu dikoreksi.

Menurut penelitian, di permukaan bumi sekarang telah ditemukan lebih dari 150 kawah akibat hantaman komet dan asteroid. Contoh terkenal adalah kawah Barringer (sesuai dengan nama geolog yang mempelajarinya pertama kali), dekat Flagstaff, Arizona, Amerika Serikat. Kawah dengan lebar 1.250 meter, panjang 3.200 meter, dan kedalaman 174 meter, terbentuk antara 30.000 – 50.000 tahun lampau. Kawah raksasa berukuran 70 km juga terbentuk di Manicovagan di Kanada, terjadi pada 210 juta tahun lampau.
Di dalam surat Al Mulk juga disebutkan adanya isyarat hujan meteor dan penenggelaman bumi, Allah berfirman :
Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?, atau Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku? d (QS. Al-Mulk [67]: 16-18)

Selanjutnya, kita juga akan menemukan nubuwat tentang adanya hujan meteor ini dalam beberapa riwayat. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Pada umat ini akan terjadi (di akhir zaman) penenggelaman bumi, hujan batu, dan pengubahan rupa. Ada seorang dari kaum muslimin yang bertanya, kapankah peristiwa itu akan terjadi? Beliau menjawab, “Apabila musik dan biduanita telah merajalela dan khamr telah dianggap halal.[3]

Diriwayatkan pula oleh Ibnu Majah dari ‘Abdullah, dengan redaksi : “Menjelang terjadinya Kiamat akan terjadi pengubahan rupa, penenggelaman bumi, dan hujan batu.” [4]

Riwayat tentang adanya batu meteor / bintang berekor ini juga diperkuat oleh hadits Ibnu Abbas yang mengaitkan peristiwa itu dengan munculnya asap dukhan yang menyelimuti seluruh permukaan bumi. Asap inilah yang akan membawa efek kehancuran seluruh dunia karena terhalangnya sinar matahari untuk menembus bumi.

Hal itu sebagaimana oleh Ibnu Jarir dari ‘Abdullah bin Abu Malikah, ia berkata: “Pada suatu pagi saya pergi kepada Ibnu ‘Abbas.” Maka ia berkata: “Malam tadi aku tidak dapat tidur sampai pagi.” Aku bertanya: “Apa sebabnya.” Beliau menjawab: “Karena orang-orang berkata bahwa bintang berekor sudah terbit, maka saya cemas akan kedatangan asap (dukhan) yang sudah mengetuk pintu, sehingga saya tidak dapat tidur sampai pagi.”[5]

Pada riwayat di atas Ibnu Abbas secara meyakinkan telah menjelaskan hubungan yang erat antara peristiwa hujan meteor yang akan disusul dengan terjadinya asap dukhan. Bila seluruh isyarat qur’aniyah dan nabawiyah di atas kita kombinasikan, maka akan kita temukan hubungan yang erat sebuah fenomena akhir zaman berupa kegoncangan bumi (gempa dahsyat), hujan meteor (badai batu/kepingan-kepingan material yang jatuh dari langit), asap dukhan yang menyelimuti bumi, dan perubahan wajah (mutasi genetika), dengan beragam kemaksiatan dan kekufuran yang diperbuat oleh manusia (perzinahan, musik dan minuman keras).

[1] HR. Ahmad. Ahmad Syakir menshahihkan isnadnya.
[2] Musnad Ahmad (III/140, Muntakhab Kanz).
[3] HR. Tirmidzi (2212) Al-Fitan dari hadits ‘Imran bin Hushain, Ibnu Majah (4060) Al-Fitan dari Sahl bin Sa’d, dan Thabrani dalam Mu’jamu ‘J-Kabfrdzn Mu’jamul-Ausath. Hadits ini shahih.
[4] HR. Ibnu Majah (4059) dalam Al-Fitan.
[5] Ibn Katsir berkata: “Sanad perkataan ini adalah shahih kepada Ibn ‘Abbas, lihat Tafsir Ibn Katsir.

https://granadamediatama.wordpress.com/arsip/isyarat-global-warming-dalam-nubuwat-qur%E2%80%99aniah-dan-hadits-rasulullah-saw-tulisan-pertama/


---------------------
--------------

Dengan adanya keimanan yang tertanam dalam hati, manusia akan mengakui kekurangan dan kelemahan dirinya dihadapan Allah sehingga tidak sempat menyombongkan diri. Bahkan manusia akan selalu merendahkan diri, memohon petunjuk dan menerima kritik dari orang lain.

 Sehingga bersihlah jiwanya baik dalam berperilaku maupun dalam beramal zariyah yang pada akhirnya makin meningkatlah rasa taqwanya pada Allah.

 
Sumber Artikel  (wisatapedia.web.id)
Sumber Gambar (dari berbagai sumber)




---------------

Sumber asli ;
https://granadamediatama.wordpress.com/poster/penciptaan-alam-semesta-dalam-al-quran-dan-sains/ 


http://waones-sbm.blogspot.com/2015/03/pemikiran-dan-pandangan-modern-dalam.html


Bila anda akan meng-copy atau memperbanyak bahasan artikel ini, seyogyanya anda tetap mencantumkan sumber pada Sumber asli dan bahan tulisan di atas.


Demikian artikel tentang Berbagai Kejadian Besar Sebelum Munculnya Dajjal
Semoga bisa menjadi hiburan dan terutama menambah wawasan anda ...

Kembali ke Halaman Utama >>>>
Pemikiran dan Pandangan Modern Dalam ARTIKEL AKHIR ZAMAN


I Hope you like the post. Stay connected for more...


Edit; wawansurya
Sumber utama bahasan;
http://wawansurya.de.vu
http://wawansurya.tk
http://wawansurya.infos.st
http://wwbisnis.blogspot.com
www.affiliate-waones.com
http://waones-sbm.blogspot.com
http://mitra-sbm.blogspot.com

Terima kasih sudah Mau Berkunjung Keblog Ini .. bila ada yang tidak berkenan .... Comment aja ... yah!!!

merchant 
Search Engine

Artikel Menarik Lainnya :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apabila ada saran atau dalam posting ada kata yang kurang berkenan, saya mohon maaf. terima kasih sudah mampir di blog saya.