KUMPULAN MISTERI DI DUNIA
Ada banyak kejadian aneh dan misterius yang tak dapat dijelaskan dengan akal sehat. Secara ilmiah sulit diurai, mungkin hanya lewat supranatural. Artikel ini bukan dimaksud membahas hal-hal klenik, tapi kejadian-kejadian ini sungguh terjadi dan sampai sekarang tak mampu dijelaskan sebab musababnya. Bahkan FBI yang telah turun tangan pun ‘menyerah’ dan masuk dalam ‘X File . Tapi yang pasti, dari semua bukti dari peninggalan yang ada, adalah suatu bukti bahwa hal itu memang pernah terjadi.
Dari Indonesia ke India atau dari India ke Indonesia
Dari judul diatas memang agak membingungkan dengan kalimat tersebut, saya sendiri setelah membaca dari beberapa artikel tentang semua yang terjadi di Indonesia pada masa lampau membuat saya semakin penasaran dan ingin tahu lebih jauh, tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan Indonesia pada jaman pra sejarah, dan mungkin lebih jauh lagi dari masa tersebut.
Untuk itu saya mengedit dari beberapa artikel yang berhubungan dengan sejarah masa lampau, penemuan purbakala, dan opini publik, sehingga membuat opini sendiri tentang sosial dan budaya yang saat ini berkembang.
Menguak Tabir Peradaban dan Bencana Katastropik Purba di Nusantara
Artikel Terkait ;
Nusantara di Jaman Pra Sejarah
Sekilas mengenal Gunung Padang
Gunung padang Misteri Peradaban yang Hilang
Peradaban Kuno Atlantis sebenarnya Indonesia
Penjelasan Kalender Suku Maya dan Banjir besar
Tulisan ini berdasarkan presentasi singkat oleh DHN dan ADB tentang hasil penelitian di Banda Aceh, Batujaya, dan Trowulan. Pada acara Saresehan “Menguak Tabir Peradaban dan Bencana Katastropik Purba di Nusantara untuk Memperkuat Karakter dan Ketahanan Nasional” Tgl 7 Februari 2012 yang dihadiri juga oleh Stephen Oppenheimer salah seorang Teori ahli genetika dan struktur DNA manusia dari Oxford University, Inggris.
Adalah presentasi tersebut tentang Dua bencana gempa besar yang terjadi sekitar tahun 1390 dan 1440 M di Aceh yang diikuti tsunami sebesar yang terjadi pada tahun 2004. Bukti berupa data pengangkatan dari koral mikroatol di P. Simelue dan lapisan endapan tsunami yang ditemukan di dekat Kota Banda Aceh. Pada lapisan tsunami banyak ditemukan artefak-artefak keramik.
diduga berperan besar dalam keruntuhan kerajaan Samudra Pasai yang kemudian diikuti dengan kemunculan Kerajaan Iskandar Muda. Adanya ‘diskontinuitas’ dari peralihan dua kerajaan ini banyak membuat para sejarawan bingung. Baru mereka mengerti setelah tahu peristiwa bencana tsunami ini. Sebetulnya ‘kenangan’ tentang bencana tsunami ini masih ada dalam masyarakat Aceh sekarang yaitu dengan adanya istilah IEU-BEUNA (Airbesar) namun sayangnya mereka sudah tidak paham lagi apa maksud dari kata itu… sampai terjadi lagi bencana serupa tahun 2004.
Selanjutnya penelitian di Situs Batujaya, Krawang. Survey Georadar memperlihatkan bahwa di beberapa situs bangunan batubata merah yang hanya tersembul beberapa meter saja dipermukaan ternyata dibawahnya ada bangunan yang terkubur sampai 15 meter yang bisa merupakan bagian bangunan dengan umur sama (Abad 4 Masehi) atau peninggalan peradaban yang lebih tua lagi. ADB juga menguraikan bahwa di sekitar situs ditemukan endapan marin (laut). jadi dulunya situs ada di dekat garis pantai.
Kemudian ADB juga memperlihatkan sayatan horizontal dari hasil survey seismic 3D di utara Jakarta yang memperlihatkan jejak sungai purba dengan jelas sekali dan mengemukakan pentingnya dunia industri minyak menyumbangkan data seismic hanya sebatas data Pleistosen-Holosen yang tidak ada gunanya untuk ekslorasi minyak tapi akan banyak manfaatnya untuk penelitian pemetaan Patahan Aktif, pemetaan paleogeografi, kebencanaan, dll. Untuk Trowulan, ADB memperlihatkan bahwa dari hasil survey Georadar dan pemboran tangan dangkal juga analisa carbon dating ditemukan bahwa (jejak) kanal besar yang disimpulkan oleh para arkeolog dibuat pada Jaman Majapahit ternyata posisinya ada di bawah “ketidakselarasan” struktur batamerah Majapahit di (dekat) permukaan, atau dengan kata lain kanal itu dibuat oleh peradaban sebelum Majapahit. Hasil carbon dating menunjukan bahwa umur dari lapisan peradaban di bawah Majapahit itu sekitar 600 SM (kelahiran Budha). Dari berbagai singkapan karena penggalian tanah yang diambil untuk industri pembuatan bata ditemukan banyak struktur sisa bangunan dari batamerah di bawah lapisan Majapahit yang tertimbun oleh endapan lumpur mirip LUSI.
Di singkapan lain ada juga reruntuhan batamerah (pra-Majapahit) yang tertimbun endapan seperti lahar. SESI GUNUNG PADANG Pak Luthfi Yondri, arkeolog yang meneliti Gunung Padang, memaparkan tentang sejarah penemuan situs dan hasil penelitian arkeologi, yaitu sebatas bahwa situs Gunung Padang di Cianjur adalah Situs Megalitikum yang ‘sederhana’ terdiri dari kolom-kolom andesit/basalt yang ditata membentuk teras-teras di atas puncak sebuah bukit. Siapa yang buat, bagaimana buatnya, darimana source kolom-kolom andesit-basaltnya dan kapan dibuatnya belum diketahui.
. Di akhir presentasi Dekan Fak Kebudayaan UI menyatakan kegembiraannya bahwa katanya penemuan-penemuan ini,khususnya di Gunung Padang, adalah sangat fenomenal. Diharapkan hal ini akan menjadi pemicu untuk studi-studi baru menguak masa silam Indonesia.
Oppenheimer yang diminta komentarnya oleh moderator menyatakan kagum dan sangat menikmati presentasi hasil penelitian Gunung Padang. Beliau bilang: ” I am really impressed that you have done all the geological-geophysical surveys so thouroughly and carefully with an amazing result. I would love to hear the next progress In my next visit to Indonesia, I would certainly will come to visit Gunung Padang.” Cerminan kerendahan hati seorang ilmuwan, setelah sebelumnya di Jakarta beliau menyatakan “skeptical” tentang penemuan ini kalau belum melihat data dan analisanya.
Oppenheimer dengan keyakinannya mengatakan bahwa Peradaban manusia modern berasal dari Nenek moyang Indonesia.
Teori ahli genetika dan struktur DNA manusia dari Oxford University, Inggris, Stephen Oppenheimer, seperti memutarbalikkan sejarah yang sudah ada. Lewat bukunya yang merupakan catatan perjalanan penelitian genetis populasi di dunia, ia mengungkapkan bahwa peradaban yang ada sesungguhnya berasal dari Timur, khususnya Asia Tenggara.
Hal itu disampaikan Oppenheimer dalam diskusi bedah bukunya berjudul ‘Eden in The East’ di gedung LIPI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Kamis 28 Oktober 2010.
Eden In The East mengungkapkan bahwa berbagai suku di Indonesia Timur adalah pemegang kunci siklus-siklus bagi agama-agama Barat yang tertua. Buku ini ‘membalikkan’ sejumlah fakta-fakta yang selama ini diketahui dan dipercaya masyarakat dunia tentang sejarah peradaban manusia.
“Indonesia telah melakukan aktivitas pelayaran, memancing, menanam jauh sebelum orang lain melakukannya,” ujar dia. Oppenheimer mengungkapkan bahwa orang-orang Polinesia (penghuni Benua Amerika) tidak datang dari Cina, tapi dari pulau-pulau Asia Tenggara. Sementara penanaman beras yang sangat pokok bagi masyarakat tidak berada di Cina atau India, tapi di Semenanjung Malaya pada 9.000 tahun lalu.
Kutipan bukunya tentang Dominasi Austronesia
The biblical flood really did occur – at the end of the last Ice Age. The Flood drowned for ever the huge continetal shelf of Southeast Asia, and caused a population dispersal which fertilized the Neolithic cultures of China, India, Mesopotamia, Egypt and the eastern Mediterranean, thus creating the first civilizations. The Polynesians did not come from China but from the islands of Southeast Asia. The domestication of rice was not in China but in the Malay Peninsula, 9,000 years ago. In this ground breaking new book Stephen Oppenheimer reveals how evidence from oceanography, archaeology, linguistics, genetics and folklore overwhelmingly suggests that the lost ‘Eden’ – the cradle of civilization – was not in the Middle East, as is usually supposed, but in the drowned continent of Southeast Asia. ( Stephen Oppenheimer)
http://www.bradshawfoundation.com/stephenoppenheimer/reading.html
Sejarah selama ini mencatat bahwa induk peradaban manusia modern itu berasal dari Mesir, Mediterania dan Mesopotamia. Tetapi, menurut dia, nenek moyang dari induk peradaban manusia modern berasal dari tanah Melayu yang sering disebut dengan sundaland atau Indonesia.
Apa buktinya? “Peradaban agrikultur Indonesia lebih dulu ada dari peradaban agrikultur lain di dunia,” kata Oppenheimer dalam diskusi yang juga dihadiri Jimly Asshiddiqie.
Lulusan fakultas kedokteran Oxford University melalui bukunya mengubah paradigma yang ada selama ini, bahwa peradaban paling awal adalah berasal dari daerah Barat. Perjalanan yang dilakukannya dimulai dengan komentar tanpa sengaja oleh seorang pria tua di sebuah desa zaman batu di Papua Nugini.
Dari situ dia mendapati kisah pengusiran petani dan pelaut di pantai Asia Tenggara, yang diikuti serangkaian banjir pasca-sungai es hingga mengarah pada perkembangan budaya di seluruh Eurasia. Oppenheimer meyakini temuan-temuannya itu, dan menyimpulkan bahwa benih dari budaya maju, ada di Indonesia.
Buku ini mengubah secara radikal pandangan tentang prasejarah. Pada akhir Zaman Es, banjir besar yang diceritakan dalam kitab suci berbagai agama benar-benar terjadi dan menenggelamkan paparan benua Asia Tenggara untuk selamanya.
Hal itu yang menyebabkan penyebaran populasi dan tumbuh suburnya berbagai budaya Neolitikum di Cina, India, Mesopotamia, Mesir dan Mediterania Timur. Akar permasalahan dari pemekaran besar peradaban di wilayah subur di Timur Dekat Kuno, berada di garis-garis pantai Asia Tenggara yang terbenam. - VIVAnews
Dari Peradaban awal manusia di Atlantis (Nusantara) ke Plato lalu kembali Indonesia kini.
Baca Selengkapnya
Hubungan antara Benua Atlantis, Peradaban Yunani Kuno dan Jaman Pra Sejarah di Indonesia
Baca Selengkapnya
Gambaran Negara Atlantis
![]() |
Poseidon = Pasundan ??? |
Pada puncak tengah bukit, untuk menghormati Poseidon, sebuah bangunan candi, kuil atau istana dibangun yang menempatkan sebuah patung emas raksasa dari Poseidon yang mengendarai sebuat kereta yang ditarik kuda terbang. Di sinilah para penguasa Atlantis biasa mendiskusikan hukum, menentapkan keputusan dan memberi penghormatan kepada Poseidon.
Untuk memfasilitasi perjalanan dan perdagangan, sebuah kanal (saluran) air dibuat memotong cincin-cincin kanal air yang melingkari wilayah, sehingga terbentuk jalan air sepanjang 9 km ke arah selatan menuju laut.
Kota Atlantis menduduki tempat pada wilayah luar lingkaran cincin air, menyebar di sepanjang dataran melingkar sepanjang 17 km. Inilah tempat yang padat penduduk di mana mayoritas pendudukanya tinggal.
Mengitari dataran di sebelah utaranya ada pengunungan yang menjulang tinggi ke langit. Pedesaaan, danau-danau dan sungai dan meadow menandai titik-titik pengunungan.
Disamping hasil panenan, kepulauan besar tersebut menyediakan semua jenis tanaman herbal, buah-buahan dan kacang-kacangan, dan sejumlah hewan termasuk gajah, yang memenuhi kepulauan.
![]() |
Ilustrasi kota Atlantis yang damai |
Segera, dalam sebuah bencana besar mereka lenyap. Kepulauan Atlantis, penduduknya, dan ingatan-ingatanya musnah tersapu lautan.
Beberapa Hipotesa dan teori Mengenai Atlantis yang cukup bisa di percaya
Baca Selengkapnya
Konteks Indonesia secara Filosofis dan Spiritual
Baca Selengkapnya
Kesimpulan Akhir;
Dengan teori geologi yang dibuktikan dengan beberapa sumber seperti yang sudah di tulis diatas, suatu peradaban yang maju yang mungkin terjadi pada masa sebelum jaman es hanya bisa terjadi di daerah tropis. Sedangkan pada masa itu daerah subtropis seperti Eropa masih ditutupi es, tidak memungkinkan suatu kehidupan apalagi suatu peradaban yang maju. Dari segi logika masuk akal, memang teorinya masih harus mendapatkan dukungan bukti-bukti arkeologi yang lebih nyata di belahan benua lain selain Atlantis.
Plato said that Atlantis is a prosperous country that the sun bathed all the time. Whereas age at the time was Ice Age, where the temperature of the earth as a whole is approximately 15 degrees Celsius colder than today.Location was bathed in sunlight at the time that Indonesia is indeed located at the equator.
Plato menyebutkan bahwa Atlantis adalah negara makmur yang bermandi matahari sepanjang waktu. Padahal zaman pada waktu itu adalah Zaman Es, dimana temperatur bumi secara menyeluruh adalah kira-kira 15 derajat Celcius lebih dingin dari sekarangLokasi yang bermandi sinar matahari pada waktu itu hanyalah Indonesia yang memang terletak di katulistiwa.
Sedangkan Benua Amerika adalah mustahil bagi peradaban kuno yang berada di Asia maupun Eropa, sampai ditemukan oleh Christopher Columbus pada tahun 1492. Oleh karena itu Samudra Atlantik oleh peradaban kuno termasuk didalamnya Samudra Pacific. Samudra Pacific baru ada setelah ditemukan Benua Amerika.
Bencana tsunami maha besar diakibatnya mencairnya es di puncak gunung Himalaya yang terjadi sekitar 3.000 tahun sebelum Masehi yang mejadikan peta India dan Indonesia seperti saat ini. Periode rekonstruksi peradaban yang hilang yang menjadi peradaban yang ada seperti sekarang ini.
Dulunya India dan Indonesia adalah menjadi suatu kesatuan kerajaan maha luas yang berpusat di Indonesia yang saat ini diperkirakan sebagai Atlantis yang tenggelam di Palung Sunda (Laut China Selatan dan Laut Jawa) ketika pulau-pulau di Indonesia masih bersatu dengan benua Asia.
Konsep Peta Benua Atlantis jaman dulu
![]() |
Artefak peta Atlantis |
Mungkin salah satu teori inilah kerajaan Sriwijaya yang kekuasaannya bisa mencapai sampai ke India selatan, Kamboja, Vietnem yang ingin menyatukan kembali berdasarkan kisah kejayaan Atlantis dulu.
![]() |
Kerajaan Sriwijaya dan daerah kekuasaan |
Atlantis sendiri merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya.
Baca sejarah kerajaan Sriwijaya dan daerah Kekuasaan / Jajahan.
http://www.affiliate-waones.com/2012/08/kingdom-of-sriwijaya-in-indonesia.html
Di dalam bukunya, Prof. Arysio Santos becerita banyak tentang sumber cerita pewayangan yaitu Ramayana, Mahabharata, dan Pustaka Raja Purwa. Tiga sumber utama cerita pewayangan di Jawa. Bahkan menterjemahkan kerajaan Alengkadireja di Ramayana terletak di Sumatera sebelum gunung Toba meletus bukan Sri Langka yang sering disebut oleh sumber di India.
Pustaka Raja Purwa karangan R. Ng. Ronggowarsito (1802 – 1873) adalah serat pedalangan versi Solo, sedangkan versi Jogja adalah Serat Purwakhanda karangan Sri Sultan Hamengkubuwana V (1822 – 1855), sedangkan versi Mangkunegaran adalah Serat Pedhalangan Ringgit Purwa hasil karya KGPAA Mangkunegara VII (1916 – 1944).
Para dalang di Jawa lebih melihat buku Pustaka Raja Purwa, Purwakhanda, atau Pedhalangan Ringgit Purwa sebagai sumber cerita wayang, dibandingkan dengan buku Ramayana atau Mahabharata.
Hal ini yang menimbulkan suatu spekulasi, bahwa ada kemungkinan memang ada kaitannya antara Pustaka Raja Purwa dengan Ramayana dan Mahabharata. Bukan dalam pengertian saat ini yang umum berlaku, yaitu Pustaka Raja Purwa adalah cerita yang dikembangkan dari cerita Ramayana dan Mahabharata. Tapi malahan sebaliknya, sumber ceritanya telah berkembang di Jawa secara turun temurun dalam bentuk pementasan wayang kulit, kemudian dibukukan menjadi Pustaka Raja Purwa, Purwakanda dan Pedalangan Ringgit Purwa. Sama sekali proses yang berbeda dengan keberadaan Ramayana dan Mahabharata yang berasal dari India walaupun menceritakan hal yang sama.
Kalau kita mengamati cerita wayang di Pustaka Raja Purwa / Purwakanda / Pedhalangan Ringgit Purwa adalah sangat detil, jauh lebih detil dari cerita Ramayana dan Mahabharata. Kalau kita mengacu pada teori Prof. Arysio Santos bahwa pusat peradaban berasal dari Indonesia, justru orang-orang India yang berasal dari Indonesia yang selamat dari akibat tsunami dikarenakan meletusnya gunung Krakatau yang mengakhirinya jaman es, mengembangkan peradaban di India, kemudian menulis cerita pra-tsunami dalam dua episode cerita yaitu buku Ramayana dan Mahabharata, oleh karena itu lebih ringkas dibandingkan dengan sumber cerita yang sama di Jawa. Sudah barang tentu cerita ataupun legenda akan lebih detil apabila lebih dekat dengan sumbernya.
Karena pusat peradaban tengelam, yang selamat adalah mereka yang hidup di dataran tinggi yang saat ini adalah pulau-pulau di Indonesia saat ini. Sebagai contoh saat ini yang baru saja diekspos kembali tentang keberadaan situs gunung Padang di Cianjur yang disinyalir mempunyai kebudayaan tinggi. Sedangkan yang hidup di pulau Jawa tidak mungkin meneruskan peradaban tulis yang sudah ada dan tenggelam, jadi ceritanya dalam bentuk legenda dari mulut ke mulut dari generasi ke generasi kemudian lebih diabadikan lagi dalam bentuk pementasan wayang kulit yang akhirnya menjadi buku Pustaka Raja Purwa maupun yang lain-lainnya.
Baru belakangan sejalan dengan tumbuhnya kerajaan Hindu di Jawa, buku Ramayana dan Mahabharata datang ke Jawa bersamaan dengan pengaruh penyebaran agama Hindu dari India. Keberadaan buku Ramayana dan Mahabharata di Jawa hanya sebagai pembanding, karena cerita yang sama dan lebih lengkap sudah ada di Jawa dalam bentuk pementasan wayang kulit.
Jadi kembali lagi kejudul, dan yang sekarang menjadi pertanyaan kembali;
Dari India Ke Indonesiakah? Atau yang sebenarnya dari Indonesia ke India? Sehingga dari India baik budaya maupun agama menyebar sampai ke negri Cina, sehingga menyebar ke ..dan ke.. lagi!!
Atlantis sendiri adalah cerita dari Plato (427SM – 347SM) tentang keberadaan benua Atlantis yang sudah punya peradaban tinggi yang tengelam didasar laut, kemudian yang selamat menyebar membawa peradaban keseluruh muka bumi.
Edit;wawan surya
Member SFI --Member Reality Networkers
Sumber Bacaan:
- etiyoprajoko.blogspot.com/search/label/artikel
- - VIVAnews.com
- - http://affiliats.webs.com/apps/blog/show/17946345-gunung-padang-in-indonesia-is-a-mystery-of-the-lost-civilization
http://www.reality-networkers.com/marketingsecret10.php?refid=3940157


Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apabila ada saran atau dalam posting ada kata yang kurang berkenan, saya mohon maaf. terima kasih sudah mampir di blog saya.