Rabu, 12 Desember 2012

Menyingkap Rahasia Kesaktian dan Karomah Para Wali






” JANGANLAH KAMU MEGIKUTI PERKARA YANG KAMU TIDAK PUNYA ILMUNYA KARENA PENDENGARAN, PENGLIHATAN DAN HATI AKAN DIMINTAI PERTANGGUNG JAWABAN ” ( QS.17:36 )




Sebelum membahas lebih jauh tentang rahasia kesaktian para Wali atau Sunan ini, ada baiknya atau mungkin anda ingin mengetahui sejarah para Wali, seperti yang tertulis dibawah ini;
- Sejarah dan Kisah Walisongo Selengkapnya
- History and Story Walisongo in Indonesia

Rahasia Karomah dan kesaktian para Wali;
(ketahuilah, selain ada wali Alloh ada juga wali syaithon !!)
Manusia Di Indonesia khususnya sangat senang jika membaca kisah karomah para wali, buku-buku tentang karomah para wali laris manis bak kacang goreng. Bahkan sudah banyak orang yang berusaha agar mendapatkan karomah wali tersebut, ada yang belajar silat, ngalap berkah kubur wali, sampai berdo’a dan berkurban kepada sang wali tersebut. nah apa sebenarnya karomah itu, benarkah karomah bisa dipelajari ? berikut penjelasannya..

Anggapan keliru tentang wali
1. Wali harus punya kromah. senantiasa memiliki kesaktian yang dapat dipergunakan sewaktu-waktu sekehendak dia.

Banyak anggapan di masyarakat bahwa seorang wali itu mesti memiliki karomah yang nyata bahkan bisa dipertontonkan kepada khalayak ramai. Seperti tahan pedang dan sebagainya. Tapi sebetulnya itu semua adalah tipuan setan. Seorang wali boleh jadi ia diberi karomah yang nyata boleh jadi tidak, tapi karomah yang paling besar di sisi wali adalah istiqomah dalam menjalankan ajaran agama, bukan berarti kita mengingkari adanya karomah tapi yang kita ingkari adalah asumsi banyak orang bila ia tidak memiliki karomah berarti ia bukan wali. Oleh sebab itu Abu ‘Ali Al Jurjaany berpesan: “Jadilah engkau penuntut istiqomah bukan penuntut karomah, sesungguhnya dirimu lebih condong untuk mencari karomah, danTuhanmu menuntut darimu istiqomah”.

Betapa banyaknya para sahabat nabi yang merupakan orang terdepan dalam barisan para wali tidak memiliki karomah. Begitu pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai hamba yang paling mulia di sisi Allah waktu berhijrah beliau mengendarai unta bukan mengendarai angin, begitu pula dalam perperangan beliau memakai baju besi bahkan pernah cedera pada waktu perang uhud. Karomah bukan sebagai syarat mutlak bagi seorang wali. Karomah diberikan Allah kepada seseorang boleh jadi sebagai cobaan dan ujian baginya, atau untuk menambah keyakinannya kepada ajaran Allah, atau pertolongan dari Allah terhadap orang tersebut dalam kesulitan.

Para ulama menyebutkan seseorang yang tidak butuh kepada karomah lebih baik dari orang yang butuh kepada karomah. Bahkan kebanyakan para ulama salaf bila Mereka mendapat karomah justru Mereka bersedih dan tidak merasa bangga karena mereka takut bila hal tersebut adalah istidraaj (tipuan). Begitu pula mereka takut bila di akhirat kelak tidak lagi menerima balasan amalan mereka setelah mereka menerima waktu di dunia dalam bentuk karomah. Begitu pula bila mereka di beri karomah, mereka justru menyembunyikannya bukan memamerkannya atau berbangga diri di hadapan orang lain.

ketahuilah, selain ada wali Alloh ada juga wali syaithon !!

wali syaiton ini lah yang mengelabuhi manusia, ia mendapatkan berbagai kemampuan aneh karena bekerjasama dengan syaiton, naudzubillah. karena karomah dan sihir ada perbedaannya :

Pengertian Karomah :

kejadian di luar kebiasaan yang Allah anugerahkan kepada seorang hamba tanpa disertai pengakuan (pemiliknya) sebagai seorang nabi, tidak memiliki pendahuluan tertentu berupa doa, bacaan, ataupun dzikir khusus, yang terjadi pada seorang hamba yang shalih, baik dia mengetahui terjadinya (karamah tersebut) ataupun tidak, dalam rangka mengokohkan hamba tersebut dan agamanya. (Syarhu Ushulil I’tiqad, 9/15 dan Syarhu Al Aqidah Al Wasithiyah, 2/298 karya Asy Syaikh Ibnu Utsaimin—rahimahullah).

Karomah itu tanpa dipelajari, dan tidak bisa diulang-ulang dan dimainkan sesuka hatinya dan tidak bisa diwariskan atau diturunkan (sebagaimana ilmu tenaga dalam, metafisik, dkk).

Pengertian Sihir :

datangnya dari syaiton dan bisa dipelajari, bisa diturunkan / diwariskan asalkan memenuhi persyaratan syaiton tsb.

Apakah Setiap yang Di Luar Kebiasaan Disebut Karamah?
Sesuatu yang terjadi di luar kebiasaan, bisa dikelompokkan menjadi tiga:
- Mukjizat, terjadi pada para rasul dan nabi.
- Karamah, terjadi pada para wali Allah.
- Tipuan setan, terjadi pada wali-wali setan.
(At Tanbihaatus Saniyyah hal. 312-313).

Lalu bagaimana membedakan antara karamah dan tipu daya setan? Tentunya, dengan mengenal sejauh mana keimanan dan ketakwaan masing-masing orang yang mendapatkan hal luar biasa tersebut, maka benarlah apa yang di ucapkan oleh Imam Syafi’i rohimahulloh.

Al Imam Asy Syafi’i—rahimahullah—berkata, “Apabila kalian melihat seseorang berjalan di atas air atau terbang di udara maka janganlah mempercayainya dan tertipu dengannya sampai kalian mengetahui bagaimana dia dalam mengikuti Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.” (A’lamus Sunnah Al Manshurah hal. 193).

K.H. Hasyim Al Asy’ari—rahimahullah—(tokoh pendiri Nahdlatul Ulama, NU) berkata, “Barangsiapa yang mengaku sebagai wali Allah tanpa mengikuti sunnah, maka pengakuannya adalah kebohongan.” (Ad Durar Al Muntasirah, hal. 4).

2. Wali mengatahui yang ghoib ??!!

Maka keliru, pemahaman yang berkembang di masyarakat kita saat ini, bahwa wali itu identik dengan ulama atau kyai yang memiliki keajaiban dan ilmu yang aneh-aneh. Meskipun dia adalah seorang kyai yang banyak meninggalkan kewajiban syariat, pernyataannya sering merugikan dan menyakiti umat Islam, mengobok-obok syariat, bahkan menjadi penolong musuh-musuh Allah, Yahudi dan Nasrani.

“Di sisi-Nya (Allah) segala kunci-kunci yang gaib, tiada yang dapat mengetahuinya kecuali Dia (Allah)”. (QS. Al An’aam, ayat : 59).

Dan firman Allah,
“Katakanlah” :tiada seorang pun di langit maupun di bumi yang dapat mengetahui hal yang gaib kecuali Allah”. (QS. An Naml, ayat: 65).

Termasuk para nabi dan rasul sekalipun tidak dapat mengetahui hal yang gaib kecuali sebatas apa yang diwahyukan Allah kepada Mereka. Sebagaimana firman Allah kepada Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepada kalian bahwa di sisiku gudang-gudang rezeki Allah, dan aku pun tidak mengetahui hal yang gaib”. (QS. Al
An’aam, ayat: 50).

Dan firman Allah:
“Katakanlah: aku tidak memiliki untuk diriku manfaat dan tidak pula (menolak) mudarat, dan jika seandainya aku mengetahui hal yang gaib tentulah aku akan (memperoleh) kebaikan yang amat banyak dan tidak akan pernah ditimpa kejelekan”. (QS. Al A’raaf, ayat: 188).

Asumsi sesat ini telah menjerumuskan banyak manusia kejalan kesyirikan, sehingga Mereka lebih merasa takut kepada wali dari pada takut kepada Allah, atau meminta dan berdoa kepada wali yang sudah mati yang Mereka sebut dengan tawassul. Yang pada hakikatnya adalah kesyirikan semata. Karena meminta kepada makhluk adalah syirik. Tidak ada bedanya dengan kesyirikan yang dilakukan oleh kaum Nuh ‘alaihis salam. Dan orang-orang kafir Quraisy pada zaman jahiliyah. Dengan argumentasi yang sama bahwa Mereka para wali itu orang suci yang akan menyampaikan doa Mereka pada Allah. Hal inilah yang dilakukan kaum musyrikin sebagaimana yang disebutkan Allah dalam firman-Nya:
“Ingatlah; milik Allah-lah agama yang suci (dari syirik), dan orang-orang mengambil wali (pelindung) selain Allah berkata: kami tidak menyembah Mereka melainkan supaya Mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. (QS. Az Zumar, ayat: 3).

3. Berlebihan kepada wali

Sesungguhnya menghormati wali bukanlah dengan berdoa di kuburannya, justru ini adalah perbuatan yang di benci wali itu sendiri karena telah menyekutukannya dengan Allah. Manakah yang lebih tinggi kehormatan seorang wali di sisi Allah dengan kehormatan seorang nabi? Jelas nabi lebih tinggi.

Jangankan meminta kepada wali kepada nabi sekalipun tidak boleh berdoa. Jangankan saat setelah mati di waktu hidup saja nabi tidak mampu mendatangkan manfaat untuk dirinya sendiri, apalagi untuk orang lain setelah mati!. Kalau hal itu benar tentulah para sahabat akan berbondong-bondong ke kuburan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat Mereka kekeringan atau kelaparan atau saat diserang oleh musuh. Tapi kenyataan justru sebaliknya, saat paceklik terjadi di Madinah, Umar bin Khaththab mengajak kaum muslimin melakukan shalat istikharah kemudian menyuruh Abbas bin Abdul Muthalib berdoa, karena kedekatannya dengan Nabi, bukannya Umar meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena kehidupan beliau di alam barzah tidak bisa disamakan dengan kehidupan di alam dunia.

Kemudian bentuk lain dari cara setan dalam menyesatkan wali-walinya adalah dengan memotivasi seseorang melakukan amalan-amalan bid’ah, sebagai contoh kisah yang amat mashur yaitu kisah Sunan Kalijaga, kita tidak mengetahui apakah itu benar dilakukan beliau atau kisah yang didustakan atas nama beliau, namun kita tidak mengingkari kalau memang beliau seorang wali, yang kita cermati adalah kisah kewalian beliau yang jauh dari tuntunan sunnah, yaitu beliau bersemedi selama empat puluh hari di tepi sebuah sungai kemudian di akhir persemedian beliau mendapatkan karomah. Kejanggalan pertama dari kisah ini adalah bagaimana beliau melakukan shalat, kalau beliau shalat berarti telah meninggalkan shalat berjamaah dan shalat Jum’at? adakah petunjuk dari Rasulullah untuk mencari karomah dengan persemedian seperti ini? Dengan meninggalkan shalat atau meninggalkan shalat berjamaah dan shalat Jum’at.

Banyak orang berasumsi bila seseorang memiliki atau dapat melakukan hal-hal yang luar biasa dianggap sebagai wali. Padahal belum tentu, boleh jadi itu adalah tipuan atau sihir, atas bantuan setan dan jin setelah ia melakukan apa yang diminta oleh jin dan setan tersebut. Seperti ada orang yang bisa terbang atau berjalan di atas air atau tahan pedang atau bisa memberi tahu tentang sesuatu yang hilang, oleh sebab itu yang perlu dicermati dari setiap orang memiliki halhal yang serupa adalah bagaimana amalannya apakah amalannya sehari-hari menurut sunnah atau tidak? Karena setan bisa membawa seseorang untuk terbang, atau memberi tahu para walinya sesuatu yang tidak dilihat oleh orang lain. Sebagaimana Dajjal yang akan datang di akhir zaman memiliki kekuatan yang luar biasa. Begitu pula para kaum musyrikin dapat mendengar suara dari berhala yang mereka sembah, pada hal itu adalah suara setan. Dan banyak sekali kejadian yang luar biasa dimiliki oleh orang-orang yang sesat begitu pula orang yang murtad dsb. Yang kesemuanya adalah atas tipuan setan.

Sebagaimana yang diriwayatkan dalam kisah seorang Nabi palsu Mukhtar bin Abi ‘Ubaid, yang mengaku sebagai Nabi. Ia mengaku bahwa dia menerima wahyu, lalu seseorang berkata kepadaIbnu ‘Umar dan Ibnu ‘Abbas: sesungguhnya Mukhtar mengaku diturunkan kepadanya wahyu? Dua orang sahabat tersebut menjawab: benar, kemudian salah seorang dari Mereka membaca firman Allah:

“Maukah kamu Aku beritakan kepada siapa turunnya para setan? Mereka turun kepada setiap pendusta yang banyak dosa “. (Asy Syu’araa, ayat: 221-222).

Dan yang lain membaca firman Allah,
“Dan sesungguhnya para setan itu mewahyukan kepada wali-wali Mereka untuk membantahmu”. (QS. Al An’aam, ayat: 121).

Oleh sebab itu bila seseorang mendapat ilham dia tidak boleh langsung percaya sampai ia mengukur kebenarannya dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Karena nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan dalam sebuah hadits:

“Sesungguhnya dalam diri anak Adam terdapat bisikan dari setan dan bisikan dari malaikat”. (HR. A t Tirmizy no. 2988).

Berkata Abu Sulaiman Ad Daraany: “Boleh jadi terbetik di hatiku apa yang terbetik di hati Mereka (orang-orang sufi) maka aku tidak menerimanya kecuali dengan dua saksi dari kitab dan sunnah.”


Kesaktian Wali songo antara fiksi dan fakta
Cerita tentang kehebatan para wali itu sudah banyak dikenal, bahkan begitu terkenalnya mitos-mitos itu sampai mengaburkan perjuangan dakwah para wali yang sesungguhnya. Dalam benak kita yang ada adalah, para wali itu orang yang sakti mondroguna, ora tedas tapak paluning pande, bisa menghilang, bisa berjalan di atas air, bisa membangun masjid dalam semalam, mampu membangun masjid megah hanya dari tatal (potongan kayu) dan segala macam mitos kesaktian.

Mitos itu menempatkan para wali sebagai mahluk yang amat mulia, bahkan dengan sanjungan kemuliaan yang berlebihan, melebihi pejuang Islam angkatan sebelumnya. Kehebatan dan kesaktian para wali begitu diagungkan sehingga banyak yang melupakan esensi perjuangannya. Cerita-cerita tentang kehebatan para wali justru menghilangkan ajaran pemurnian Tauhid yang mereka dakwahkan. Padahal dakwah para wali itu begitu hebat untuk menyelamatkan akidah umat dari kesesatan dan kemusyrikan.
Kita harus melihat bahwa pada jaman Rasulollah, para Sahabat maupun para Tabiin tidak pernah diceritakan menggunakan kesaktian. Rasulullah saja ketika perang Uhud diceritakan sampai terluka, gigi seri beliau patah serta topi perang beliau juga hancur. Fatimah putri Rasulullah saw. lalu membersihkan darah beliau sementara Ali bin Abu Thalib menuangkan air ke atas luka dengan menggunakan perisai. Dari cuplikan kejadian diatas saja kita dapat melihat bahwa pada jaman tsb para mujahid Islam menggunakan baju besi dan perisai sebagai alat untuk melindungi tubuhnya. Sedangkan pada jaman wali songo diceritakan bahwa para wali kebal thd senjata apapun. Tapi mengapa para pejuang Islam pada saat itu sampai dapat menghancurkan 2 kekaisaran yg kuat yaitu Byzantium dan Persia padahal mereka tidak dilengkapi dengan kesaktian yg hebat?? Itu karena mereka dilengkapi dgn Iman yg kuat thd Allah, Usaha yg sungguh2, dan pantang putus asa dalam menghadapi berbagai masalah..

Berikut adalah 5 Wali atau Sunan dari 10 para Wali Allah yang sering disebut karena memiliki kesaktian yang sampai sekarang ilmunya banyak dipelajari orang;

Sunan Kudus
Keterangan :
Nama : Sunan Kudus
Asal : Jipang Panolan
Kesaktian : Menyembuhkan Penyakit

Nama aslinya adalah Raden Ja'far dikenal dengan nama Sunan Kudus. Dan ayahnya bernama Raden Usma Haji yang dikenal dengan nama Sunan Ngundung berasa dari Jipang Panolan di kota Blora.
Saat Sunan Kudus sedeng menunaikan ibadah haji, di Mekkah sedang mewabah penyakit yang sulit disembuhkan dan rada Arab sampai mengumumkan sayembaya barang siapa yang bisa menyembuhkan warga Mekkah akan diberi hadiah. Sudah banyak sekali yang mencoba tapi gagal.

Lalu Sunan Kudus yang waktu itu berada di Mekkah mencobanya dan berhasil memerangi wabah penyakit. Didepan Ka'bah yang disebut Multazam dipanjatkannya do'at yang khuyuk kepada Tuhan, ia memohon kekuatan untuk menyembuhkan rakyat Mekkah. Allah mendengar do'a tersebut dan mengabulkannya. Mekkah dan keluarha Raja Saudi Arabia akhirnya sembuh dari penyakit.

Ketika Raja hendak memberi hadian berupa emas dan uang, Sunan Kudus menolaknya dengan halus dengan berdalih bahwa kesembuhan rakyat Mekkah karena kemauan dari Allah. Namun Raja bersikeras karena do'a Sunan Kudus lah penduduk Mekkah terbebas dari wabah penyakit.

Karena dipaksanya oleh Raja Arab untuk menerima hadiah, Sunan Kudus berkali-kali meolak denga halus, dan tiba-tiba Sunan Kudus teringat pada masjid yang dibangunnya di Jawa. Baiklah Yang Mulia, ucap Sunan Kudus, saya hanya memohon sebuah batu yang berasal dari Baitul Maqdis di Palestina. Batu itu akan saya pasang di pengimaman masjid saya di jawa, ucap Sunan Kudus. Dengan senang hari Raja menuruti permintaannya itu dan Batu mulia pemberian Raja Arab dibawah pulang.

Sunan Maulana
Keterangan :
Nama : Sunan Maulana
Asal : Pengembara
Kesaktian : Mendatangkan Hujan

Syekh Maulana Malik Ibrahim yang disebut juga Sunan Maulana Malik Ibrahim adalah seorang ulama yang mengembara.
Pada saat mengembara disuatu tempat yang sangat amat panas dari kejauhan ia melihat kerumunan banyak orang. Orang-orang disitu mengelilingi panggung batu-batuan. Diatas batu-batuan itu terdapat seorang gadis berpakaian putih yang di apit oleh dua orang lelaki berbadan besar dan bengis memegangkan tangan sang gadis yang sembari meronta-ronta. Disitu juga ada seorang pendeta yang sedang membacakan matranya. Si pendeta akan memulai upacaranya dengan memegang pisau.

Ditengah-tengah upacara itu, Sultan Maulana Malik Ibrahim datang mengampirinya. Ada tontonan apa ini Tuan ?, lalu si pendeta menjawab "Upacara persembahan Tuan. Dan kenapa gadis itu menjerit dan meronta-ronta ?, "Dialah gadis yang sebentar lagi akan dibunuh untuk dipersembahkan kepada dewa hujan". Untuk apa ?, agar mendatangkan hujan karena daerah kami sudah mengalami kemarau yang berkepanjangan, sehingga ladang kami tidak bisa menghasilkan panen.

Sesaat lagi si pendeta akan menikamkan pisaunya ke tubuh sang gadis. Hei Kalian ! TUNGGU ! Jangan dibunuh gadis itu ! ucap Sunan Maulana Malik Ibrahim. Lalu Sunan memohon agar upacara ini diberhentikan akan tetapi kedua orang laki-laki berbadan besar langsung menyergap Sunan Maulana Malik Ibrahim untuk ditangkapnya. Namun baru beberapa langkah saja kaki mereka berdua lumpuh tidak bisa bergerak.

Maaf Tuan Tuan semuanya ! kami ingin membatu kalian, ucap Sunan Maulana Malik Ibrahim. Lalu dibantah oleh si pendetanya "Ah Omong Kosong ! kalian tidak mungkin dapat membantu kami. Kami memerlukan air hujan!". Lalu Sunan berkata kepada orang-orang disekitarnya, "Sudah berapa korban yang dibunuh ?", "Ini korban yang ketiga Tuan" ucap orang-orang disitu. "Apakah hujan sudah turun ?", "Belum Tuan !" ucap orang-orang disitu. "Apakah kalian ingin tetap hujan turun ?", "Betul Tuan, kami sangat membutuhkan air hujan" ucap orang-orang secara serempak."Baik Insya Allah Tuhan akan menolong kalian" ucap Sunan Maulana Malik Ibrahim.

Sunan Maulana Malik Ibrahim bersama kelima muridnya menghadap ke kiblat, melakukan shalat sunah Istiqah (memohon hujan) dua rakaat. Beberapa saat kemudian langit terlihat mendung lalu hujan turun dengan lebatnya.

Orang-orang bersorak gembira. sudah lama sekali mereka menantikan kehadiran hujan deras seperti ini. Bapak-bapak Ibu-ibu sekalian berhentilah bersorak-sorak dan menari. Tenanglah !. Mari kita bersama-sama mengucap syukur Alhamudlilah ucap Sunan Maulana Malik Ibrahim.

Lalu Sunan berkata jangan berterima kasih dan menyembah-nyembah kepadaku, karena hujan yang turun ini adalah kehendak Allah, lalu orang-orang tersebut diajarkannya mengucap dua kalimat sahadat dan masuk agama Islam.

Sunan Gunung Jati
Keterangan :
Nama : Sunan Gunung Jati
Asal : Jawa Cirebon
Kesaktian : Menyembuhkan Penyakit

Pada tahun 1511, Malaka dikuasai Portugis. Beberapa waktu kemudian Portugis berusaha menguasai Jawa melalui pelabuhan Sunda Kelapa. Untuk menahan serangan itu Sunan Gunung Jati dibantu oleh Senopati Demak Bintoro yang bernama Fatahillah, dan Portugis dapat mereka halau. Fatahillah diangkat menjadi adipati dan Sunda Kelapa berganti nama menjadi Jayakarta.

Suatu malam Sunan Gunung Jati sehabis shalat di perhau ditepi pantai, seusai berzikir dan membaca wirid ia tertidur nyenyak. Dan perahu itu terbawa arus ke Cina, setibanya disana Sunan Gunung Jati membuka praktik pengobatan secara Islam. Orang-orang diajak berwudhu dan shalat bersama. Banyak yang sembuh dari penyakitnya.

Sejak itu banyak warga Cina memeluk agama Islam. Bahkan seorang menteri bernama Pai Lian Bang menjadi pengikut setia Sunan Gunungjati. Melihat kejadian ini Kaisar Cina menjadi marah. Dan dipanggilnya Sunan Gunungjati ke istana untuk dijadikan umpan tipu muslihat dengan cara putri yang masih gadis bernama Ong Tien didandani terlihat seperti sedang hamil seperti saudaranya Ong Hien. Sulit membedakan siapa diantara kedua-duanya yang benar-benar hamil.

Setelah bertemu Kaisar berkata "Bila Tuan memang betul memiliki ilmu yang sakti, tebaklah siapa diantara mereka yang sedang hamil". Setelah bedo'a sejenak Sunan Gunungjati menjawab bahwa "Ong Tien lah yang sedang hamil".

Medengar jawaban itu Kaisar tertawa, ia mengira Sunan Gunungjati telah diperdayainya. Lalu dengan tegas Sunan Gunungjati tetap dengan pendirian. Setelah dilakukan pengecekan ternyata benar ! Ong Tien sedang mengandung.
Kaisar kebingungan kenapa bisa begitu, dan Kaisar menjadi malu atas perbuatannya. Ia lalu berjanji akan memeluk agama Islam, serta memohon agar Sunan Gunungjati bersedia menikahi Ong Tien. Lalu Sunan Gunungjati menerima dan kembali ke Jawa.

Sunan Giri
Keterangan :
Nama : Sunan Giri
Asal : Kerajaan Blambangan
Kesaktian : Sewaktu Bayi Terhanyut Dilautan didalam peti.

Bermula pada kerajaan Blambangan dengan sang raja bernama Prabu Minak Sembuyu. Pada saat itu kerajaan Blambangan sedang dilanda wabah penyakit dan putri sang raja Dewi Sekar Dadu turut menderita penyakit.

Raja Blambangan mengadakan sayembara, "Barang siapa yang bisa menyembuhkan penyakit Dewi Sekar Dadu, ia akan dikawinkan dengan sang putrinya". Maka diundanglah Syekh Maulana Ishaq oleh raja Blambangan untuk menyembuhkan penyakit putrinya.

Syekh Maulana Ishaq berhasil menyembuhkan penyakit sang putri dengan syarat, kalau sang putri sembuh maka keluarga raja harus memeluk agama Islam. Raja setuju.
Usaha Syekh Maulana Ishaq dengan do'a nya berhasil menyembuhkan tuan putri sang raja, sesuai perjanjian maka dikawinkannya. Tetapi raja Blambangan ingkar janji ia tidak mau memeluk agama Islam. Lalu Syekh Maulana pulang ke negeri asalnya yaitu Samudera Pasai di Aceh bagian Utara. Saat itu purti sedang hamil tujuh bulan. Suaminya berpesan bila anaknya laki-laki kelak diberi nama Raden Paku. Lalu Dewi Sekar Dadu melahirkan bayi laki-laki lalu diberi nama Raden Paku yang lebih dikenal sebagai Sunan Giri.
Akan tetapi bayi tersebut singkirkan oleh raja Blambangan dimasukan ke peti dan di buang ke selat Bali. Didalam hanyutan lautan yang begitu luas peti tersebut terombang ambing terbawa arus dan ombak.

Ditengah lautan peti yang berisi bayi tersebut diangkut oleh Kapan yang melintas dan melihatnya, nahkoda kapal terheran bahwa peti yang diambilnya dari lautan didalamnya ada sosok bayi yang mungil.
Kapan tersebut batal berlayar dan kembali ke Gresik, disinilah bayi tersebut diberi nama Joko Samudera dan tumbuh menjadi dewasa.

Joko Samudera alias Sunan Giri ini dididik keagamaan oleh Sunan Ampel dan beberapa waktu berjalan Sunan Ampel mengetahui bahwa Joko Samudera adalah putera pamannya yang bernama Syekh Maulana Ishaq. Joko Samudera menyempatkan diri bertemu dengan ayahnya.

Dengan berkelana menimba ilmu keagamaan sampai ke Mekah, Sunan Giri kembali ke kerajaan Blambangan dan bertemu dengan raja Prabu Minak Sembuyu, raja terlihat senang bisa kembali betemu dengan cucunya, akhirnya agama Islam berkembang di kerajaan Blambangan.

Sunan Kalijaga
Keterangan :
Nama : Sunan Kalijaga
Asal : Zaman Kerajaan Majapahit
Kesaktian : Paling sakti dari pada Sunan-sunan lainnya

Nama aslinya adalah Raden Said, mempunyai ayah bernama Tumeggung Wilantika. Pada saat itu adalah zaman kekuasaan kerajaan Majapahit. Banyak rakyat yang menderita dan sengsara, perampokan, rakya kecil harus membayar pajak dan hasil pungutan pajaknya selalu diambil oleh para pejabat.

Raden Said atau disebut juga Sunan Kalijaga sangat prihatin kondisi daerahnya seperti itu yang sangat memprihatinkan. Lalu ia mempunyai cara agar orang-orang miskin tidak kelaparan dengan cara membongkar gudang-gudang para penguasa dan pejabat di malam hari, lalu hasilnya diletakan didepan pintu rumah orang-orang miskin.

Namun ulah Sunan Kalijaga akhirnya ketahuan dengan seringnya tiap malam membongkar gudang-gudang. Dan tertangkapnya Sunan Kalijaga lalu dibawanya ke ayahnya Tumenggung Wilantika yang menjadi penguasa saat itu. Kemudian Sunan Kalijaga mendapat hukuman dari ayahnya.

Pada masa mudanya ia bertemu dengan Pak Tua (seorang wali) di suatu hutan dan ia belajar banyak ilmu darinya, termasuk bersemedi menunggu tonkat yang ditancapkan oleh Pak Tua disuatu sungai. Maka dari itu ia dikenal dengan nama Sunan Kalijaga yang artinya penjaga kali.

Sunan Kalijaga menyiarkan agamanya dengan berkelana dan keliling dari desa yang satu ke desa lainnya. Didalam berdakwah ia padukan dengan kesenian diantaranya tembang ciptannya adalah Dandhang Gula dan Ilir-ilir.

Penutup;
Kata wali begitu sakral, begitu terhormat dan tidak semua orang bisa menjadi wali. Periode wali seakan sudah selesai setelah mangkatnya Wali songo. Padahal, yang namanya Waliullah itu tidak terbatas kepada para mujahid yang menyebarkan Islam di tanah Jawa saja. Waliullah adalah orang yang dicintai Allah, dilindungi Allah, karena ketaatan, iman dan taqwanya. Jadi, wali bukan predikat yang kaplingnya hanya dimiliki oleh orang dengan kasta tertentu. Siapa saja bisa jadi wali, menjadi orang yang dicintai dan dilindungi Allah.

Para wali Allah adalah orang yang tidak punya rasa takut dan khawatir menghadapi kehidupan dunia. Mereka selalu optimis menjalani kehidupan, karena sudah tahu ada yang menanggung hidupnya. Istiqamah menjadi pegangan hidupnya dalam menjalankan ibadah. Tidak cukup hanya ibadah wajib yang jadi menu hariannya, ibadah sunnah pun tak pernah ditinggalkannya. Orang-orang yang melengkapi ibadah wajibnya dengan ibadah sunnah akan mendapat tempat termulai di Jannatul Firdaus, jannah yang paling tinggi.

Demikianlah edit dan postingan saya ini hanya ingin mengeluarkan unek2 saya, karena pada jaman sekarang agama Islam dianggap agama yg penuh tahayul, padahal jika kita melihat kehidupan pada jaman Rasulullah betapa Islam itu adalah agama indah yg melarang kepada tahayul. Tahayul sangat dekat sekali dengan Syirik…dan tentunya anda sudah tahu, bahwa perbuatan Syirik itu adalah dosa yang paling besar..
Semoga postingan ini bisa  menjadi bahan masukan dan bisa menambah wawasan anda.

Penyusun; wawansurya
Sumber;
www.affiliate-waones.com
http://mitra-sbm.blogspot.com
http://waones-sbm.blogspot.com


merchant 
Search Engine

Artikel Menarik Lainnya :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apabila ada saran atau dalam posting ada kata yang kurang berkenan, saya mohon maaf. terima kasih sudah mampir di blog saya.